Abstract:
INDAH FAJARWATI. NPM 021103245. Analisis Financial Leverage Terhadap
Tingkat Earning Per Share (EPS) Pada PT Pelangi Indah Canindo, Tbk. Dibawah
bimbingan H. Soemamo, MBA, SB dan Herdiyana, MM, SE.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap
dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari
pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham. Jumlah keuntungan yang tesedia bagi pemegang saham adalah
keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan. Keuntungan netto ini setelah dikurangi
dengan dividen dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham prioritas, merupakan
keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah
keuntungan yang tesedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham
biasa yang beredar akan diket^ui jumlah keuntungan untuk setiap lembar saham
tersebut (earning per share ofcommon stock).
PT Pelangi Indah Canindo, Tbk. yang berlokasi di Jl. Daan Mogot, km 14 No,
700 Jakarta Barat 11850. Perusahan bergerak dalam bidang usaha industri wadah dari
logam, kemasan kaleng, drum, tabimg gas dan jasa metal printing, temyata dalam
menjalankan keglatan perusahaannya lebih mengandalkan modal sendiri (laba ditahan
dan saham biasa) serta hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka
pendek sebagai sumber pendanaannya. Ini terlihat dari laporan keuangan PT. Pelangi
Indah Canindo, Tbk. Bahwa dari tahun 2001 sampai 2005 dimana di dalam neraca
keuangannya perusahaan memperoleh modal dengan cara menjual saham biasa dengan
modal dasar sebanyak 600.000.000 lembar saham dan modal ditempatkan serta modal
disetor penuh sebanyak 568.375.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500 per
lembar saham.
Metode analisis yang digunakan yaitu analisis indefference point dan analisis
degree of financial leverage (DEL). Pada Jcesempatan ini penulis mencoba menjabarkan
altenatif yang mungkin dapat digunakan untidc mengatasi masalah keuangan yang
sedang dihadapi perusahaan. Altematifhya adalah penggunaan saham biasa dan utang
bank (dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga pada tahun 2005 sebesar 10%. Untuk
mengetahui pengaruh altematif-altematif pembiayaan terhadap EPS digunakan analisis
indeffernce point. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar peubahan laba per
lembar saham apabila laba sebelum bunga dan pajak berubah, maka kita menggunakan
rumus tingkat leverage financial {Degree of Financial Leverage — DFL). Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, ketika EBIT Rp 341.025.000 atau berada pada titik
indefference point maka tingkat EPS yang dihasilkan oleh saham biasa ataupun utang
bank adalah sama yaitu sebesar Rp 0,563. Sedangkan ketika EBIT Rp 300.000.000, EPS
yang diperoleh dengan menggunakan saham biasa yaitu sebesar Rp 0,485 pada alternatif
pembiayaan A, sedangkan dengan menggunakan utang bank pada alternatif pembiayaan
C EPS yang diperoleh adalah Rp 0,450, maka struktur pendanaan yang menggunakan
saham biasa lebih menguntungkan daripada struktur pendanaan yang menggunakan
utang bank. Sedangkan ketika EBIT Rp. 400.000.000, EPS yang diperoleh dengan
menggunakan saham biasa yaitu sebesar Rp.0,660 pada alternatif pembiayaan A,
IV
sedangkan dengan menggunakan utang bank pada altematif pembiayaan C, EPS yang
diperoleh adalah sebesar Rp 0,725, maka struktur pendanaan dengan menggunakan
utang bank lebih mengunutngkan daripada struktur pendanaan dengan menggunakan
saham biasa.
Analisis financial leverage terhadap tingkat earning per share (EPS) Pada PT
Pelangi Indah Canindo, Tbk. sangat terlihat jelas, ini terbukti ketika perusahaan
mengalami laba sebelum bunga dan pajak (EDIT) lebih besar dari Rp 341.025.000 maka
perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dari modal sendiri (saham biasa)
sebagai pembiayaan fmansialnya akan lebih menguntungkan, karena dapat
menghasilkan EPS yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
menggunakan modal sendiri (saham biasa) sebagai pembiayaan fmansialnya. Tetapi
ketika EBIT perusahaan kurang dari Rp 341.025.000 maka perusahaan yang
menggunakan hutang lebih besar daripada modal sendiri (saham biasa) sebagi
pembiayaan fmansialnya akan menyebabkan kerugian, karena dapat menghasilkan EPS
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan modal sendiri
(saham biasa) sebagai pembiayaan finansialnya.