Abstract:
Persediaan obat-obatan merupakan salah satu jenis asset yang dimiliki rumah sakit
yang memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan asset lainnya, sehingga apabila dalam
penanganannya atau pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, maka akan
menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi rumah sakit. Pengendalian internal
persediaan obat-obatan yang baik diperlukan agar kegiatan operasional lebih terorganisir
dan sebagai salah satu alat yang digunakan untuk mencapai efektivitas pengelolaan
persediaan obat-obatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Peranan pengendalian internal
persediaan obat-obatan pada Rumah Sakit Salak Bogor, (2) Pencapaian efektivitas
pengelolaan persediaan obat-obatan pada Rumah Sakit Salak Bogor, (3) Peranan
pengendalian internal persediaan obat-obatan dalam menunjang efektivitas pengelolaan
persediaan obat-obatan pada Rumah Sakit Salak Bogor. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan metode penelitian studi kasus
dan teknik penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (non statistik). Data yang
digunakan adalah laporan persediaan pada instalasi farmasi tahun 2010-2012. Variabel
independen yang digunakan adalah pengendalian internal persediaan obat-obatan dengan
indikator lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi, dan pemantauan., sedangkan variabel dependen adalah efektivitas
pengelolaan persediaan obat-obatan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengendalian internal
persediaan obat-obatan belum berjalan dengan baik yang disebabkan oleh belum adanya
pengawasan atau pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan persediaan, belum adanya
pemisahan tugas antara penerimaan dan penyimpanan, evaluasi serta pelatihan dan
kompensasi kepada karyawan sudah jarang dilakukan, barang yang keluar dari gudang
belum di otorisasi oleh bagian gudang, dan deskripsi kerja pada struktur organisasi
instalasi farmasi tidak spesilik tertulis. Untuk efektivitas pengelolaan persediaan obat-obatan belum tercapai karena belum adanya kebijakan untuk menentukan batas minimum
barang di gudang, serta tanggung jawab dan kewenangan terhadap persediaan belum
maksimal. Namun terjadi gap atau perbedaan persepsi dengan responden, dimana
menurut persepsi responden bahwa pengendalian internal persediaan obat-obatan sudah
berjalan dengan baik dan efektivitas pengelolaan persediaan obat-obatan sudah tercapai.
Hal tersebut dikarenakan prosedur pada pengendalian intonal persediaan obat-obatan dan
efektivitas pengelolaan persediaan obat-obatan hanya dijalankan secara formal, namun
secara substansi belum dijalankan.