Abstract:
Keadaan ekonomi Indonesia belum dapat dikatakan stabil semenjak adanya
krisis moneter yang melanda beberapa tahun belakangan ini Banyak pihak yang
dirugikan karena kondisi tersebut, diantaranya para pengusaha di dalam menjalankan
produktivitas usahanya. Salah satu tujuan dari perusahaan ialah mencapai laba yang
direncanakan. Untuk dapat mencapai laba jangka pendek yang direncanakan, ditandai
dengan kemampuan manajemen untuk merencanakan, menganalisis dan memutuskan
kebijakan jangka pendek secermat mungkin. Pihak manajemen dituntut untuk dapat
mengambil keputusan yang paling tepat. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mencapai laba jangka pendek yang direncanakan ialah dengan analisis break even
point dan cost volume profit analysis. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut,
maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi.
Dalam memperoleh data dan informasi untuk penulisan skripa ini penulis
mengadakan penelitian pada PT. Tong Yang Indonesia, yang berlokasi di Raya
Bekasi Km. 37 Jalan Cempaka Desa Jatimulya, Tambun, Bekasi dan metode
penelitian yang Higimflkan adalah metode deskriptif yang akan memberikan gambaran
yang lebih tepat terhadap masalah yang akan dibahas.
Masalah yang akan diangkat untuk memudahkan pembahasan dan
pengambilan kqiutusan adalah sebagai berikut:
1) Berapa tingkat volume produksi dan penjualan pada saat break even point
yang begalan?
2) Berapa tingkat volume sasaran pada laba jangka pendek yang direncanakan,
margin of saJfety dari laba yang direncanakan serta operating leverage
terhadap laba bersili pada saat tingkat penjualan tertentu?
3) Bagaimana penggunaan cost volume profit anafysis untuk membantu
manajemen dalam mengambil keputusan dari beberapa alternatif kondisi
dalam mencapai laba jangka pendek yang direncanakan?
Pembahasan inti daii penulisan skiipsi ini adalah setelah melakukan
klasifikasi biaya dengan metode least square diperoleh total biaya tetap Rp
99.113.901.962,00 dan total biaya variabel ^ 108.333.315.679,00. Sedangkan
volume produka dan penjualan pada saat break evoi point yang begalan untuk
produk aerobic shoes adalah 81.968 pasang atau sebesar Rp 9.441.427.352,00 dan
untuk produk jogging shoes 2.019.525 pasang atau Rp 175.325.083.500,00. Volume
sasaran untuk produk aerobic Shoes dan jogging shoes adalah 125.682 dan 2.481.099
pasang. Margin of safety untuk produk aerobic Shoes sebesar 35% dan produk
jogging shoes sebesar 19% lalu operating leverage untuk produk aerobic shoes dan
jogging Shoes ialah 5 kali dan 7 kalL Dengan penggunaan cost volume profit analysis
ternyata membantu manajemen didalam mengambil keputusan dalam mencapai laba
jangka pendek yang direncanakan. Daii empat altematif perubahan kondisi, altematif
dengan menurunkan biaya variabel merupakan altematif yang paling tepat karena
memiliki tingkat break even paling rendah, semakin rendah break even point berarti
semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
laba yang diinginkan dan dengan menurunkan biaya variabel pihak manajemen dapat
mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan biaya variabel
Saran yang dikemukakan oleh penulis bahwa tidak hanya informasi break
even point, margin of safety dan operating leverage yang diperlukan, tetapi informasi
shut down point dapat dicari, untuk membantu manajemen maka sebaiknya
perusahaan menggunakan cost volume profit analysis mengingat kemudahan dalam
analisis ini dan dengan melihat banyaknya alternatif untuk mencapai laba jangka
pendek yang direncanakan, kiranya manajemen harus lebih jeli dan cermat dalam
pengambilan keputusan altematif yang akan dipilih.