Abstract:
Sumber dana alau pembiayaan lain yang dapat diperoleh perusahaan disamping
modal sendiri adalah dengan penggunaan hutang atau pinjaman. Financial Leverage
merupakan penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap
berupa bunga atau deviden. PT. Mustika Ratu, Tbk yang lebih banyak menggunakan
modal sendiri dari pada pinjaman atau hutang untuk mendanai usahanya. Dalam
menjalankan kegiatan opeiasional perusahaan menggunakan lebih besar modal sendiri
dibandingkan dengan kewajiban, hal ini terlihat dari laporan keuangan PT. Mustika
Ratu, Tbk dari tahun 2007-2010, tujuan daii penelitian ini adalah untuk menganailisis
Financial Leverage, mengidentifikasi Earning Per Share serta untuk mengetahui
pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share pada PT. Mustika Ratu, Tbk.
Metode andlisis yang digunakan adalah Deb To Assets Ratio, Deb To Equity Ratio
anilisis Indefference Point dan Peihitungan Struktur Modal imtuk mengetahui pada
saat tingkat Earning Before Interest and Tax (EBIT) berapa perusahaan mencapai titik
impas (titik Indifference) EBIT-EPS dimana dengan tingkat EBIT tersebut, setiap
alternative pembiayaan akan menghasilkan EPS yang sama. Penulis dapat
menyimpulkan untuk Deb To Assets menunjukan pada tahun 2010 sebesar 854,45%
pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2009. Artinya bahwa
setiap Rp 805,45 pendapatan perusahaan maka Rp 854,45 dibiayai dengan hutang dan
disediakan Rp 49 untuk pemegang saham. Terlihat dari table DOL yang meningkat
sebesar 5,81%. Pada tahun 2009-2010 DOL dengan 5,81% , DFL 78,12% dan DCL
454,54%. Dikatakan sebuah DOL yang tinggi akan mengurangi pemakaian hutang
agar DCL tetap rendah. Akan tetapi jika DOL telah tinggi, walaupun dengan
pengunaan DFL yang rendah tidak dapat menghasilkan DCL yang rendah pula, seperti
jika dimulai dengan DOL yang rendah. Oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan
DOL yang rendah dapat menggunakan DFL yang tinggi dengan hasil DCL yang masih
lebih rendah dari pada jika dimulai dengan DOLyang tinggi
Berdasarkan perhitungan indeferent point yang telah dilakukan pada tahun 2010
disesuaikan dengan tingkat EBIT yang dicapai perusahaan. Sesuai dengan pembahasan
dalam altematif, rqiabila EBIT lebih besar dari Rp. 7.888.100.024 pada tahun 2010
maka perusahaan lebih baik menggunakan modal dari luar lebih besar dibandingkan
dengan modal orang sendiri dalam pembiayaan struktur modalnya. Tetapi bila
perusahaan memakai modal sendiri lebih besar dibandingkan modal dari luar,
dikarnakan perusahaan lebih memilih resiko yang rendah dibandingkan perusahaan
memakai modal dari luar dimana tingkat resikonya yang tinggi.