Abstract:
Salah satu cara untuk menjadi produsen berbiaya rendah adalah dengan memanfaatkan kurva belajar. Kurva belajar atau kurva pengalaman merupakan suatu kerangka penelitian yang telah dipergunakan oleh banyak organisasi industri sebagai dasar strategi pemasaran produk. Dimana dengan adanya kurva belajar ini bahwa biaya produk menurun secara sistematis sebesar sejumlah persentase yang tetap dengan berlipat gandanya volume. Kurva belajar berguna untuk memperkirakan biaya dan mengukur perkembangan yang dibuat operasi didalam mengurangi biayanya. Dengan semakin berkurangnya biaya produksi yang sejalan dengan bertambahnya jumlah produksi, maka perusahaan dapat mengambil manfaat kurva belajar tersebut didalam banyak hal, terutama di dalam pengambilan keputusan dalam penetapan harga produknya.
Suatu perusahaan yang dapat memanfaatkan kurva belajar ini dapat menghasilkan produk dengan biaya rendah dibandingkan dengan pesaing yang tidak memanfaatkan kurva belajar ini. Karena suatu perusahaan yang dapat memanfaatkan kurva belajar akan mengetahui dengan pasti seberapa banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tenentu, waktu yang diperlukan untuk penyelesaian tertentu oleh karyawan, atau sekelompok karyawan ini akan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah penentuan skedul produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berkurangnya waktu yang digunakan oleh karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, diakibatkan karena karyawan tersebut belajar dan meningkatkan kecakapannya melalui pengerjaan kegiatan yang berulang-ulang. Semuanya ini merupakan konsep learning curve yang menganggap bahwa praktek pengerjaan suatu barang mengarah keperbaikan.
Selain itu kurva belajar menunjukkan bagaimana biaya berlaku sebagai fungsi dari volume, hal ini didasarkan pada gagasan bahwa belajar timbul dari pengalaman perusahaan memproduksi barang atau jasanya, dan kurva belajar berguna untuk memperkirakan biaya produksi, juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan khususnya untuk menetapkan harga produk pada suatu perusahaan. Dengan kurva belajar ini biaya material juga dapat dikurangi melalui pengalaman dalam memproduksi suatu produk. Semakin curam kurva belajar, maka semakin semakin efektif strategi ini.
Pada dasarnya kurva belajar adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara biaya dan jumlah unti yang diproduksi secara kumulatif, dimana biaya adalah suatu nilai tukar yang dikorbankan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Kurva belajar memiliki dua pendekatan yang secara umum dikenal di dunia usaha modem yaitu :
1. Learning Curve Garis Lurus.
Pendekatan learning curve garis lurus biasanya digunakan oleh perusahaan yang relatif masih baru karena ditoleriri penyimpangan-penyimpangan tertentu.
2. Learning Curve Stanford atau Hump Learning Curve.
Pendekatan learning curve stanford biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang relatif sudah berdiri lama sehingga terdapat faktor B, yaitu faktor pengalaman.
Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan learning curve garis lurus yang memiliki rumusan umum sebagai berikut : Y = a X –n , log Y = -n log a X.
Pada penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada PT. Cahaya Sakti Furintraco yang berlokasi didaerah Kaum Sari Rt. 01/Rw.05 Kedung Halang Talang Bogor. PT. Cahaya Sakti Furintraco adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha knockdown atau sejenis meubel, dimana dalam menjalankan usahanya memproduksi beberapa jenis produk yang diberi nama olympic. Perusahaan manufactur yang bergerak di bidang usaha furniture knockdown ini memproduksi delapan jenis produk yaitu jenis module system, t. series, shoes rack, bedroom set, children set, study desk, kitchen set, dan office sries. Yang diproduksi melalui tahap-tahap yang diproduksi dari awal sampai akhir produksi, dimana hasil produksinya selain dipasarkan di Indonesia juga di ekspor ke UEA, Singapore, Philippnes dan kamboja. Dengan jumlah karyawan sebanyak 2.100 orang (buruh harian), 900 orang (staf administrasi), dan 32 orang (manajer).
Dari kedelapan jenis produk tersebut penulis hanya membahas produk jenis Office series sebagai bahan pembahasan, dengan menggunakan pendekatan kurva belajar garis lurus sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi persaingan yang tentunya mengarah kepada biaya.
Meskipun tingkat persentase belajar yang dihasilkan melalui perhitungan selalu berubah-rubah, namun dapat diputuskan melalui rata-rata median bahwa PT. Cahaya Sakti Furintraco memiliki tingkat belajar sebesar 77 % atau memiliki solpe (kecurangan lereng kurva) -0,37706964. Dengan tingkat belajar 77 % maka biaya produksi diharapkan akan menurun sejalan dengan penurunan waktu penyelesaian juga kenaikan volume produksi pada setiap tahapnya. Hal ini dapat dilihat melalui gambar kurva belajar yang semakin menurun, dimana biaya rata-rata untuk 33.100 unit meja kerja tahap pertama adalah Rp.98.275,- dan biaya rata-rata untuk 38.200 unit pada tahap kedua maka biaya rata-ratanya menjadi Rp.93.106,- dan bila PT. Cahaya Sakti Furintraco memproduksi 57.700 maka biaya produksi rata-rata akan turun menjadi RP. 79.696,-
Bila PT. Cahaya Sakti Furintraco menginginkan harga jual sebesar
RP. 120.000,- per unit dimana harga tersebut sudah termasuk keuntungan, maka PT. Cahaya Sakti Furintraco sudah dapat dikatakan untung pada tahap ketiga dengan keuntungan sebesar Rp.4.535,- meskipun kerugian baru dapat ditutupi pada tahap keempat.
Dengan mark up sebesar 12 % berdasarkan biaya produksi, maka perusahaan dapat menetapkan harga jualnya berdasarkan penurunan biaya produksinya sehingga harga jua: semula sebesar Rp. 140.616,- untuk keluaran sebanyak 33.100 unit akan turun menjadi Rp. 119.808,- untuk keluaran sebanyak
57.700 unit. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya volume produksi, maka harga jual rata-rata per unit semakin turun dengan tetap memperoleh keuntungan.
Semuanya ini akan dijelaskan pada gambar kurva belajar yang menurun mengikuti penurunan biaya yang terjadi akibat adanya pengalaman yang dimiliki oleh PT. Cahaya Sakti Furintraco.