Abstract:
Pada umumnya manajemen produksi atau operasi adalah suatu kegiatan yang mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber - sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, sumber daya dana serta bahan yang secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambahkan kegunaan (utility) suatu barang dan jasa.
Setiap perusahaan industri didorong untuk membuat suatu produk, yang mana produk tersebut dapat memuaskan konsumen sekaligus dapat membangun suatu keunggulan bagi perusahaan. Upaya untuk mengungguli tersebut perusahaan dapat menawarkan produk yang bermutu kepada konsumen. Untuk membuat suatu produk yang bermutu dapat dilakukan dengan pengawasan serta pengendalian produk. Adapun yang dimaksud pengendalian mutu adalah aktivitas manajemen yang berkesinambungan untuk menyempurnakan serta memperbaiki mutu suatu produknya serta untuk mempertahankan mutu yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang yang rusak. Dalam melaksanakan pengendalian mutu ini dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu yang pertama adalah pendekatan baban baku. Pendekatan bahan baku ini dimaksudkan untuk menjaga bahan baku yang akan digunakan seperti melihat mutu bahan baku, tingkat harga bahan baku, keterlambatan pengiriman bahan baku dan pemeriksaan bahan baku yang akan diterima. Kedua yaitu pendekatan proses produksi yang mana pada pendekatan proses produksi ini biasanya menitikberatkan pada saat proses produksi sedang berjalan dan menentukan mutu produk akhir yang akan dihasilkan. Sedangkan untuk pendekatan yang terakhir adalah pendekatan produk akhir, dimana pada pendekatan ini dilakukan pemeriksaan terhadap produk yang dihasilkan sebelum dipasarkan seperti produk yang cacat dan mutu dibawah standar yang telah ditetapkan.
PT. Doson Indonesia didirikan pada 8 Agustus tahun 1990 dan bergerak di bidang pembuatan sepatu dan perusahaan ini berbentuk Perseroan Terbatas dan bersifat Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. PT. Doson Indonesia merupakan perusahaan yang berkembang sangat pesat, dan pada tahun 1999 perusahaan terus menambah kapasitas produksinya hingga 400.000 pasang sepatu setiap bulannya, dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 7.060 orang. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang proses produksinya berdasarkan pesanan dari eksportir (pemesan).
Dalam melaksanakan pengendalian mutu produknya PT. Doson Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah pengendalian bahan baku (material). Untuk mendapatkan mutu sepatu yang terbaik seluruh bahan baku yang digunakan untuk memproduksi sepatu didapatkan dari impor dari berbagai manca negara. Untuk bahan baku yang akan diproses akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap bahan baku yang akan digunakan, menyortir dan menyeleksi bahan baku, kesesuaian mutu bahan baku serta menghitung jumlah bahan baku yang akan disuply ke bagian upper part atau outsole part. Untuk bahan baku yang rusak akan dipisahkan guna mempermudah proses pengendalian berikutnya. Pada tahap kedua adalah pengendalian mutu dalam proses, dimana pada tahap ini seluruh aktivitas seperti pemotongan pola sepatu bagian atas, penjahitan pola yang sudah dibentuk sesuai dengan ukuran dan bentuknya, memisahkan bahan sepatu bagian bawah seperti bahan phylon atau PU, membuat bagian bawah sepatu yang mencetak pola sesuai dengan ukuran alas kaki, melakukan pengepresan bagian bawah, dan semua bahan itu disatukan dalam proses grinding. Semua bagian tersebut selalu dilakukan pengawasan/pengecekan barang. Apabila barang tersebut ada yang rusak atau cacat maka diberikan label pada bagian - bagian yang rusak dan dilakukan pengecekan yang berulang - ulang untuk mendapatkan hasil yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk tahap terakhir yaitu pengendalian produk akhir, dimulai dengan pengecekan dan penyortiran barang yang telah dibuat di bagian upper part dan bagian outsole part, setelah bahan tersebut dinyatakan baik atau tidak rusak maka barulah bagian lasting ini menyambungkan antara bagian atas sepatu dengan bagian bawah sepatu. Setelah proses tersebut selesai, sepatu yang sudah jadi tersebut dipak didalam kardus baru kemudian dibawa ke gudang jadi dan siap untuk di eksport. Semua pengendalian tersebut dilaksanakan oleh bagian produksi dan bertanggungjawab semua atas kesalahan yang terjadi selama pengendalian mutu produk sepatu yang dihasilkan oleh PT. Doson Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai dan mempertahankan standar mutu produknya adalah terdiri dari 3 usaha yaitu yang pertama adalah category focus yang dapat diartikan sebagai kategori yang menjadi titik pusat perhatian. Yang menjadi category focus perusahaan saat ini adalah sepatu
jenis ACG (All Condition Gear). Penerapan category focus ini dimaksudkan agar timbul persaingan yang baik diantara pabrik-pabrik dalam mengasilkan produk utama yang terbaik dari segala segi diantaranya mutu, model, kenyamanan pakai, harga yang kompetitif pengiriman yang tepat waktu, dan terutama untuk kepuasan pemakai. Yang kedua adalah key line yang merupakan line kunci yang dilandasi
pemikiran yang inovatif dan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Philosopy dasar penerapan key line adalah tidak satu pasang sepatupun yang boleh lolos ke proses berikutnya bila tidak memenuhi beberapa kriteria khusus yang tertulis pada masing-masing papan cek poin yang ada. Dan yang ketiga adalah sistem manajemen ISO dengan tujuan untuk meningkatkan sistem manajemen yang sudah ada diperusahaan, membentuk sistem dan prosedur yang melebihi kebutuhan dari pelanggan, dan secara tidak langsung hal ini membantu dalam memproduksi produk sepatu yang bermutu tinggi dengan meningkatkan mutu dari sumber daya manusia, produktivitas, efisensi, dan pengurangan limbah. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan telah membentuk suatu tim yang mengatur dan mengkoordinasikan sistem manajemen mutu.
Masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan pengendalian mutu terdiri dari beberapa masalah, yaitu yang pertama adalah masalah tenaga kerja yang terdiri dari masalah kompensasi, masalah perlindungan dan kesejahteraan ekonomi, dan masalah tambahan fasilitas. Yang kedua adalah masalah biaya mutu yang dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu biaya pencegahan, biaya penaksiran, dan biaya kegagalan. Yang ketiga adalah masalah bahan baku dan bahan penolong. Yang keempat adalah masalah kondisi dan pemeliharaan mesin dan peralatan. Masalah-masalah tersebut harus diperhatikan agar perusahaan tidak mengabaikan masalah tersebut sehingga tidak sampai teıjadi kerusakan lagi.
Sedangkan penerapan Statistical Quality Controll untuk mencapai dan mempertahankan standar mutu produknya dapat dilihat dari bagan pengendalian yang telah dibuat dan dianalisis oleh penulis. Dari perbandingan proporsi produk cacat setelah adanya pengendalian bagian lasting untuk satu line dengan jumlah sample sebanyak 6 meşin dari 45 meşin yang ada dapat dilihat bahwa pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan dapat menaikkan kualitas produknya secara umum karena proporsi jumlah barang cacat setelah adanya pengendalian memenuhi syarat sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan yaitu tidak lebih dari 5%, kecuali pada bulan Agustus dan bulan September, ini berarti bahwa pengendalian yang dilakukan perusahaan cukup baik. Berdasarkan data yang ada penulis mencoba menganalisis data tersebut yaitu sebagai berikut : berdasarkan perhitungan x untuk meşin I mempunyai batas kendali tertinggi (UCL) adalah 26,4 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 13,1 dengan batas kendali tengah adalah 19,75. Unluk meşin 2 diketahui bahwa batas kendali teninggi (UCL) 28,416 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 14,584 dengan batas kendali tengah adalah 21,5. Untuk meşin 3 diketahui bahwa batas kendali tertinggi (UCL) adalah 27, 134 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 14,366 dengan batas kendali tengah (CL) adalah 20,75. Untuk meşin 4 diketahui bahwa batas kendali tertinggi (UCL) adalah 27,262 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 12,898 dengan batas tengah (CL) adalah 20,08. Untuk meşin 5 diketahui bahwa batas kendali tertinggi (UCL) adalah 28,214 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 12,786 dengan batas tengah (CL) adalah 20,5. Untuk mesin 6 diketahui bahwa batas kendali tertinggi (UCL) adalah 25,964 dan batas kendali terendah (LCL) adalah 13,196 dengan batas kendali tengah adalah 19,58. Berdasarkan perhitungan R atau kisaran diketahui bahwa R untuk mesin 1 adalah 25, R untuk mesin 2 adalah 26, R untuk mesin 3 adalah 24, R untuk mesin 4 adalah 27, R untuk mesin 5 adalah 29, dan R untuk mesin 6 adalah 24. Sehingga dapat diperoleh R untuk kisaran adalah 25,83 dengan batas kendali tertinggi (UCL) adalah 44,33 dan batas kendali terendah adalah 7,34. Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat digambarkan bagan pengendalian x dan bagan pengendalian R untuk masing-masing mesin.
Berdasarkan uraian gambar bagan pengendalian rata-rata dan kisaran dari mesin I sampai mesin 6 ternyata dari hasil analisis banyak barang cacat yang berada di luar dan mendekati batas kendali baik kendali atas (UCL) maupun batas kendali bawah (LCL). Dan ternyata hasil analisis memperlihatkan bahwa kebijaksanaan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan bahwa barang cacat tidak boleh lebih dari 5% belum sempurna. Setelah dianalisa oleh penulis dari setiap mesin ternyata banyak mesin yang berada di luar batas kendali terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kemungkinan besar disebabkan oleh misalnya masalah tenaga kerja, bahan baku, pengawasan yang kurang baik, mesin rusak, dan lain-lain.
Oleh karena itu perusahaan perlu mengupayakan pengawasan yang ketat terhadap bahan baku (material) yang diterima karena bahan baku merupakan dasar dalam kelancaran proses produksi, selain masalah-masalah bahan baku perusahaan juga perlu memperhatikan masalah-masalah yang lain agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang diinginkan. Dan perusahaan sebaiknya menerapkan metode Statistical Quality Controll untuk mengendalikan mutu produknya, karena dengan metode ini apabila terdapat barang cacat yang berada di luar batas kendali maka perusahaan harus menghentikan proses produksi berikutnya untuk sementara waktu.