Abstract:
Peranan komunikasi dalam membina hubungan dalam suatu organisasi
merupakan persoalan yang sangat penting. Suasana komunikasi yang baik antar
karyawan maupun karyawan dengan pimpinan akan menciptakan suasana kerja yang
baik. Dengan adanya hubungan yang baik ini akan memperlancar arus komunikasi
diantara mereka, karena antara komunikasi dengan relasional sangatlah berkaitan.
Komunikasi mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
hubungan tersebut. Posisi apapun yang diduduki didalam perusahaan, dalam konteks
komunikasi hendaklah menjadi pelaku komunikasi yang baik, yang harus mampu
menciptakan suasana hubungan yang komunikatif, sehingga kepuasaan dalam bekerja
dapat mereka peroleh.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menganalisa bagaimana peranan
arus komunikasi karyawan pelaksana kepada pimpinan perusahaan/manajer Perum
Perumnas Unit Produksi Suriakancana, Sukabumi.
Adapun penyusunan ini dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan
wawancara serta menyebarkan quistioner pada sampel sebagai wakil dalam penilaian
anis komunikasi dan kepuasan kerja. Dalam pengambilan sample penulis melakukan
pemilihan secara acak sebanyak 10% dari keseluaihan jumlah karyawan sebanyak
287 orang yaitu 28 orang yang diambil dari tiap-tiap unit bagian kerja, yang
kemudian dilakukan analisa statistik dengan rumus koefisien korelasi pangkat
spearman dari hasil jawaban quistioner.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolaban data statistik, terlibat adanya
peranan yang sangat berarti, bahwa dengan adanya arus komunikasi pimpinan dengan
karyawan pelaksana akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan sebesar 76,5%.
Dalam observasi yang dilakukan penyusun, tingkat kepuasan karyawan dari tingkat
absensi karyawan Perum Perumnas Unit Produksi Suriakancana dengan alasan yang
tidak jelas atau alpa selama 5 (lima) tahun terakhir sebesar 6,5% dan tingkat
kehadirannya sebesar 93,5%, sedangkan pada tabun 1997 karyawan Perum Perumnas
Unit Produksi Suriakancana yang alpa sebesar 0,036 atau 3,6%, dengan demikian
karyawan yang masuk kerja sebesar 96,4%.
Dengan taraf nyata 5%, dan sifat hubungannya diketahui dengan uji hipotesa
dimana nilai uji hipotesa sebesar 3,358 lebib besar dari t (Tabel) 1,860 dengan
df = n-2 (8) dan taraf nyata 5%. Ini berarti terdapat peranan antara arus komunikasi
dari bawah dengan tingkat kepuasan kerja karyawan.
Walaupun arus komunikasi pimpinan dengan karyawan pelaksana sebagai
pekerja produksi sangat berperan dalam kepuasan kerja, perusahaan dalam hal ini
pimpinan mempunyai masalah-masalah dan kendala dalam penerapannya.
Hambatan-hambatan itu adalah penyesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan
permohonan-permohonan karyawan dengan kondisi perusahaan dewasa ini.
Keterbukaan pimpinan dengan karyawan atau sebaliknya dan dalam penyampaian
informasi tentang pelaksanaan tugas yang kurang jelas merupakan hambatan pada
perusahaan.
Beberapa hal yang ingin penulis rekomendasikan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam melaksanakan arus komunikasi pada masa yang akan datang
yaitu, komunikasi efektif yang diselenggarakan pimpinan sebaiknya tetap
dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi, peran aktif pimpinan terhadap karyawan
sebagai individu sangat diperlukan dan karyawan akan lebih senang bila mendapat
pengakuan dan perhatian dari pihak atasan.
Arus komunikasi pada semua tingkat dan golongan diperusahaan harus lebih
terbuka, sehingga tercipta hubungan yang serasi dan harmonis dalam bekerja sama
untuk mencapai tujuan dan target perusahaan.
Untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada dalam berkomunikasi,
perusahaan harus lebih sering mengadakan dialog dan tatap muka, membuat
ombudsman (penampungan keluhan), mengadakan kebijaksanaan pintu terbuka dan
program penyuluhan bagi karyawan sehingga lebih terlihat feedback atau hubungan
timbal balik antara pimpinan dan karyawan di perusahaan.