REPOSITORY SKRIPSI
dc.contributor.author | Herawati, Teti | |
dc.date.accessioned | 2022-02-09T03:42:35Z | |
dc.date.available | 2022-02-09T03:42:35Z | |
dc.date.issued | 2002 | |
dc.identifier.uri | http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/1525 | |
dc.description.abstract | Suatu kegiatan produksi, akan lancar apabila didukung oleh kemampuan mesin, tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku yang akan diproses. Permasalahan bahan baku yang sering timbul adalah penentuan kuantitas yang diperlukan untuk proses produksi. Kekurangan bahan baku, akan berakibat mengganggu kelancaran proses produksi. Dengan sendirinya proses produksi akan mengalami keterlambatan sehingga jumlah produk yang dihasilkan berkurang. Agar kuantitas bahan baku yang harus disediakan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi. maka perusahaan harus membuat perencanaan pembelian bahan baku sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan kegiatan yang lebih jelas. Sehingga proses produksi akan berjalan secara efisien dan efektif. Untuk menyusun anggaran pembelian bahan baku diperlukan forecast atau prakiraan pembelian yang diperlukan untuk meramalkan kemungkinan bahan baku yang akan di beli pada periode waktu mendatang berdasarkan data pembelian bahan baku yang telah terjadi pada periode sebelumnya. Dari penelitian, pengumpulan dan pengolahan data dari Perusahaan Gajah Tunggal Perkasa yang memproduksi dan menjual paving block, untuk mengetahui bagaimanakah Peranan Metode Least Square Dalam Penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Baku, diketahui bahwa perencanaan pernbelian bahan baku antara metode perusahaan dan least square terdapat perbedaan yaitu kesalahan standar yang terjadi, baik MAE, MSE, MAPE, MPE ternyata dengan menggunakan metode least square hasilnya lebih kecil dibandingkan metode perusahaan. Untuk bahan baku pasir dan semen MAE dari - 160,0833 menjadi 6,25, MSE dari 46.210.5833 menjadi 5.711,25, MAPE dari 0,1970 menjadi 0,0588 dan MPE dari - 0,1666 menjadi 0,0002. Untuk bahan baku abu batu MAE dari - 70,9167 menjadi 2,9167. MSE dari 9.339,0833 menjadi 1.255,4167. MAPE dari 0,1889 menjadi 0,0592 dan MPE dari - 0,1582 menjadi 0,0002. Untuk bahan pigmen pewama MAE dari -1010833 menjadi 4,1667, MSE dari 18.893,4167 menjadi 2.538,6667, MAPE dari 0,1881 menjadi 0,0589 dan MPE dari - 0.1578 menjadi 0,0002. Jadi peranan metode least square bagi perusahaan adalah sebagai dasar proyeksi/peramalan masa depan, dimana hasil analisis least square yang ditunjukkan dengan persamaan trend/proyeksi, dapat digunakan untuk meramalkan berapa banyak bahan baku yang harus dibeli perusahaan pada periode selanjutnya. Dimana dengan metode least square penyimpangan standar yang terjadi lebih kecil dibandingkan metode yang digunakan perusahaan. Dengan demikian kuantitas bahan baku di gudang akan seimbang antara kebutuhan untuk produksi dengan pembeliannya. Sehingga perusahaan akan mendapatkan efisiensi biaya penyimpanan bahan baku dan kelancaran proses produksi. | en_US |
dc.description.sponsorship | Inna Sri Supina Adi - Jaenudin | en_US |
dc.publisher | Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pakuan | en_US |
dc.subject | Least Square, Anggaran Pembelian Bahan Baku | en_US |
dc.title | Peranan Metode Least Square Dalam Penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Baku Pada Perusahaan Gajah Tunggal Perkasa, Bogor | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |